Daftar Taruhan Bola Bali – Sosok Claudio Ranieri telah resmi dipecat oleh Leicester City usai sejumlah hasil yang kurang bagus.
Cuma sembilan bulan saja usai mengantarkan Leicester City menjadi kampiun di ajang Liga Primer Inggris, Claudio Ranieri mesti kehilangan pekerjaannya sebagai pelatih Leicester. Hal ini disebabkan Leicester ingin bertahan di ajang Liga Primer Inggris dan menginginkan adanya perubahan.
“Leicester City pada hari ini sudah memberikan keputusan untuk menjalani jalan yang berbeda bersama pelatih skuat utama kami, Claudio Ranieri,” demikian pernyataan secara resmi oleh Daftar Taruhan Bola Bali Terbesar.
Adapun pemecatan sosok Ranieri tersebut cuma berbeda satu hari usai hasil negatif 1-2 melawan Sevilla dalam jornada perdana babak 16 besar ajang Liga Champions. Adapun hasil tersebut memperpanjang tren jelek Leicester pada musim ini terutama paa awal tahun 2017. Semenjak tahun ini, Leicester baru meraih kemenangan dua kali di semua ajang yaitu 2-1 melawan Everton dan 3-1 melawan Derby County, seluruhnya terjadi pada ajang Piala FA.
Di ajang Liga Primer Inggris, Leicester bahkan menelan kekalahan dalam lima pertandingan secara berturut-turut usai hasil seri tanpa skor melawan Middlesbrough pada tanggal 2 januari kemarin. Tanpa adanya kans meraih gelar sedikitpun pada musim ini, Leicester malah mesti berusaha keras untuk terhindar dari zona merah usai saat ini duduk ada peringkat 17 papan klasemen cuma berselisih satu angka atas Hull City pada zona merah.
Untuk sementara ini maka Leicester bakal dibesut oleh asisten pelatih bernama Craig Shakespeare dan manajer skuat bernama Mike Stowell untuk pertandingan melawan Liverpool dimana selanjutnya samai adanya pelatih baru yang diangkat. Tidak hanya Ranieri saja, dua orang asistennya bernama Paolo Benetti dan juga kepala dari Sport Science bernama Andre Azzalin juga hengkag dari klub. Selama membesut Leicester, Ranieri memetik 36 kali kemenangan, 22 hasil imbang dan 23 kali hasil negatif dalam 80 laga yang dilakoinya di semua ajang.
Rasio hasil positifnya ialah 44,44 persen. Dengan Ranieri, Leicester pernah memberikan kejutan yang besar degan meraih gelar juara Liga Primer Inggris pada musim 2015-2016 silam. Ini adalah trofi kampiun di Liga Primer Inggris perdaa disepanjang history Leicester. Namun Leicester malah tersendat-sendat pada musim ini. Sampai ajang liga berlangsung 25 minggu, Leicester baru meraih kemenangan lima kali dan telah menelan kekalahan 14 kali. Dengan meraup 21 angka, Jamie Vardy dan rekan satu timnya menduduki peringkat 17 papan klasemen dan cuma berselisih sebuah poin atas zona merah.
“Ini telah menjadi sebuah keputusan rumit dimana mesti kami putuskan seak tujuh tahun dimana King Power menjadi pemilik Leicester City. NAmun kami memiliki kewajiban dalam mengutamakan kepentingan dalam jangka pajang tim diatas emosi pribadi. Mengulang kembali prestasi gemilan musim kemarin tidak pernah menjadi harapan utama kami namun sebenarnya bertahan di ajang Liga Primer Inggris merupakan target utama dari kami namun kini kami mesti berusaha mencapai target tersebut dan aku merasa adanya perubahan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kans dimana tercipta dalam 13 laga terakhirnya,” ungkap Aiyawatt Srivaddhanaprabha selaku wakil presiden Leicester sebagaimana dikutip oleh Daftar Taruhan Bola Bali Online.
Pihak manajemen dari klub Leicester dirasa begitu panik sampai memberhentikan Claudio Ranieri. Klub Leicester semestinya memberikan waktu lebih lama bagi Ranieri. Eks punggawa Leicester bernama Tony cottee memberikan kritikan atas kebijakan mantan lubnya tersebut. Baginya, Leicester semestinya memberikan kans yang jauh lebih lama bagi Ranieri.
“Ini layaknya musim normal bagi Leicester, mereka pada umumnya berada pada klasemen bawah dan tidak jauh dari zona merah. Pada musim kemarin merupakan musim fantastis dan tak dapat terulang kembali dan secara individu aku merasa bahwa Claudio Ranieri semestinya diberikan waktu yang jauh lebih lama lagi. Mereka bakal melakoni pertandngan vital didalam beberapa minggu mendatang dan aku mengetahui bahwa mereka sangat dekat dengan zona merah namun aku merasa mereka tak sungguh-sugguh terdegradasi. Aku rasa ini sulit untuk diterima fans. Dia memberikan mereka musim dimana tak pernah disamakan. Ini tak bakal pernah terjadi kembali. Aku merasa dia semestinya diberikan waktu yang jauh lebih lama dan lebih dihargai. Lalu, andai mereka terdegradasi, kita mengucapkan terima kasih dan move on,” ungkap Cottee.
Keberhasilan Leicester pada musim kemarin menjadikan sejumlah orang bersimpati untuk mereka namun pemecatan yang dilakukan Leicester kepada Ranieri dirasa bakal merubah pandangan tersebut. Leicester melahirkan sebuah kisah dongeng di ajang Liga Primer Inggris pada musim kemarin. Memecahkan semua prediksi, Leicester bermain menjadi kampiun untuk perdana kali didalam history klub. Sosok Jamie Carragher merasa pemecatan yang dilakukan Ranieri bakal menjadikan Leicester kehilangan simpatinya dari fans yang netral. Mereka dimana bukan merupakan pendukung Leicester digadangnya takkan begitu sedih andai Leicester nantinya sungguh-sungguh terdegradasi dari Liga Primer Inggris.
“Aku merasa ada sejumlah orang tak bakal ingin menyaksikan Leicester terdegradasi bersama Raieri sebagai pelatih namn aku merasa bakal banyak simpati yang datang saat ini bakal sirna. Bakal ada simpati dimana jauh lebih banyak dengan skuat yang berada pada klasemen bawah dan aku merasa tak bakal banyak air mata pada luar klub Leicester andai mereka masuk ke zona merah sebab keputusan tersebut,” ungkap Carragher.
Disamping itu, Carragher juga merasa bahwa terdegrasi bukan merupakan masalah yang besar sebagaimana dibayangkan oleh sejumlah orag cuma sebab menjadi kampiun pada musim kemarin. Baginya, Leicester memang memiliki reputasinya sebagai klub lemah dimana tak stabil dalam dua divisi puncak Liga Primer Inggris.
Simpati diperlihatkan oleh Jose Mourinho kepada Claudio Ranieri dimana diberhentikan Leicester city. Dirinya merasa Ranieri telah melahirkan history dimana dihapuskan. Adapun kesuksessan tersebut menjadikan Ranieri memperoleh penghargaan manajer terbaik dnia 2016 oleh pihak FIFA. Pria berkebangsaan Italia tersebut unggul atas Fernando Santos dan Zinedine Zidane. Namun hal itu tak menyelamatkan sosok Ranieri dari pemberhentian. Simpati pun dtaang kepad Ranieri. Salah satunya ialah Mourinho. Mourinho dimana sebelumnya telah diberhentikan oleh Chelsea usai membawa mereka menjadi kampiun di ajang Liga Primer Inggris 2014-2015. mereka bernasib yang sama. Mourinho memberikan dukungannya untuk sosok Ranieri melalui IG. Demikian hasil kutipan Cari Taruhan Bola Bali. (yn)